KONEKSI ANTAR MATERI HUBUNGAN ANTARA COACHING, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL , PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.
KONEKSI ANTAR MATERI
HUBUNGAN
ANTARA COACHING, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL , PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM
MENERAPKAN PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.
Erdin – Cgp Angkatan 3 Bima 4 –
Sdn 5 Rabangodu Utara Kota Bima
Salam
Guru Penggerak ….!
Untuk
memulai tulisan koneksi antar materi ini, mari kita simak pertanyaan –
pertanyaan berikut sebagai landasan berpikir kita. Apa itu Coaching ? Bagaimana
menerapkannya ? siapa yang melaksanakannya? Kepada siapa ? dan kapan ?. Bagaimana hubungannya dengan pembelajaran social
emosional, Pembelajaran berdiferensiasi, dan pendidikan yang memerdekakan ?
serta seperti apa peran Guru penggerak dalam menerapkan coaching ?
Dari
pertanyaan – pertanyaan ini, dapat digali tentang makna dan fungsi coaching
dalam pendidikan yang memerdekakan. Coanching adalah kemampuan menyampaikan ide
– ide dasar untuk bahan pertimbangan klien atau coachee. Dalam hal ini,
coaching tidak menawarkan solusi – solusi atau tips yang sudah jadi kepada
klien, tetapi coaching berperan sebagai jembatan untuk menfasilitasi klien atau
coachee dalam mencapai tujuan. Jadi, coaching membantu coacee/klien untuk merefleksi
diri atau mengevaluasi diri, sebagai bahan untuk menentukan sikap yang akan
diambil dalam melakukan tindakan.
Dalam
penerapannya coaching bersifat kemitraan atau setara dengan coachee. Tujuan ini
adalah supaya dapat membangun komunikasi yang menyenangkan dan membangun rasa
saling percaya. Dengan rasa saling percaya maka, dapat mengoptimalkan
komunikasi untuk membantu mengidentifikasi potensi, menentukan rencana aksi dan
tanggungjawab dalam mencapai tujuan si coachee.
Searang
coach atau coaching perlu memiliki keterampilan komunikasi yang memberdayakan. Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi asertif. Dimana, pada komunikasi asertif yang
diutamakan adalah kemampuan mendengarkan dengan tujuan untuk memudahkan
coaching memahami apa yang menjadi tujuan coachee. Ada beberapa tips yang dapat
dilakukan oleh seorang coach antara lain : menentukan kata kunci, menyamakan
bahasa tubuh, menyelaraskan emosi. Dalam melakaukan praktek coaching ada hal –
hal yang perlu di hindari yaitu mengajukan pertanyaan tertuup, melipat tangan
depan dada, dan menggerakkan tangan atau kaki, serta memalingkan pandangan pada
mata coachee. Hal ini dikarenakan akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
coachee sehingga merusak komunikasi yang dilakukan saat coaching dilakukan.
Yang
menjadi coaching adalah pendidik. Dalam hal ini, guru – guru dalam kelasnya. Sedangkan
coachee adalah siswa dan rekan guru lainnya yang perlu bantuan dalam memecahkan
potensi diri yang belum terungkap. Praktek coaching dapat dilakukan kapan saja
yang disesuaikan dengan kebutuhan coachee dan coaching.
Coaching
berbeda dengan konseling dan mentoring. Coaching mngidentifikasi tujuan masa
depan yaitu menggali tujuan yang belum diketahui coachee untuk dilakukan ke
depannya. Konseling adalah dengan memecahkan masalah yang sudah lampau yang
mempengaruhi atau berdampak pada klien. Pada konseling biasanya memberikan
bimbingan dan solusi berdasarkan pengalaman konselor. Sedangkan mentoring
adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara memberikan solusi – solusi yang
sudah jadi atau siap pakai untuk diterapkan oleh mentee.
Kegiatan
coaching akan mendukung penerapan budaya positif di sekolah. Alasannya adalah pada penerapan
budaya positif tentu perlu menggali dan memotivasi prilaku siswa sesuai dengan
yang diharapkan. Misalnya, saat melakukan restitusi dapat menerapkan coaching
untuk menggali tujuan prilaku siswa.
Berikutnya
adalah bagaimana hubungan coaching dengan pembelajaran social emosional. Pada pembelajaran
social emosional siswa perlu memiliki keterampilan – keterampilan dalam
memahami masalah yang dihadapinya. Sehingga dalam hal ini peran coaching akan
sangat membantu coachee atau siswa dalam menggali upaya – upaya atau potensi
yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalahnya secara mandiri sesuai dengan
harapan profil pelajar pancasila.
Adapun
pembelajaran berdiferensiasi dengan coaching hubungannya adalah praktek
coaching dapat membantu mengidentifikasi potensi siswa sesuai dengan bakat,
minat atau potensi siswa sebagai coachee. Dengan teridentifikasinya potensi,
bakat, minat atau gaya belajar siswa ini akan dapat memudahkan guru dalam
membelajarkan siswa sesuai dengan kodrat siswa itu sendiri.
Dengan
sifat coaching sebagai fasilitator atau penuntun, maka sangat sesuai atau
sejalan dengan harapan pendidikan yang memerdekakan. Dimana pada pendidikan
yang memerdekakan guru berperan sebagai pendidik sekaligus pengajar atau pendidikan
dan pembelajaran. Pada pendidik atau pendidikan guru bersifat menuntun sesuai dengan
kodrat siswa yaitu kodrat keadaan dan zamanya dalam mencapai kesehatan,
selamatan dan kebahagiaan sejati. Sedangkan pembelajaran atau pengajar guru
membelajarkan siswa dengan segala bentuk pengetahuan dan prilaku supaya siswa
menjadi paham apa yang dapat membuat dia dapat hidup sehat, selamat, dan
bahagia sebagai mana dimaksud pada pendidikan. Sehingga terjadi hierarki
diantara keduannya dan keseluruhannya.
Secara gampang atau untuk memudahkan pemahaman kita bagaimana konektifitas antara keseluruhan materi dalam mencapai pendidikan yang memerdekakan sehingga siswa memiliki profil pelajar pancasila dengan upayanya sendiri dari tuntunan guru, maka dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut :
Dari grafis diatas, dapat dijelaskan bahwa guru penggerak sebagai roll model katalisator, berperan aktif untuk menyusun visi yang jelas dan aktif. Maksudnya adalah , visi yang dapat dicapai dengan melibatkan nilai – nilai kolaboratif, mandiri, reflektif, inovatif dan kreatif dalam mendukung ketercapaian pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dalam hal ini bagaimana seorang guru dan tentunya guru penggerak dapat melibatkan semua komponen materi untuk membentuk lakunya siswa serta pengetahuan siswa sehingga tercipta masusia yang beriman bertakwa kepada Yuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotongroyong/kolaboratif, mandiri, berpikir kritis/rasa ingintahu yang tinggi, serta kreatif. Dengan terwujud dan terciptanya semua itu, maka akan lahir generasi yang sehat, selamat dan bahagia yang seutuhnya.
Demikian
koneksi anatar materi yang dapat saya samapaikan atau tulis pada kesempatan
ini, semoga dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan harapan penilai. Adapun salah
dan kurangnya saya selaku Calon Guru Penggerak Angkatan 3 Bima 4 sangat
mengharapkan kritikan yang konstruktif untuk perbaikan ke depannya. Manusi
adalah makhluk social. Makhluk social adalah makhluk yang tidak sempurna. Maka,
untuk kesempurnaannya perlu kolaborasi melalui kritikan dan saran dari berbagai
pihak dalam pembenahan yang keliru ataupun salah.
Salam
Guru Penggerak…!
Komentar
Posting Komentar