JURNAL MINGGUAN (2) MEWUJUDKAN KEBIJAKSANAAN MELALUI KETELADANAN

 JURNAL MINGGUAN (2)
MEWUJUDKAN KEBIJAKSANAAN MELALUI KETELADANAN
Minggu ini saya bersama kelompok Bima 4 yang di bagi dalam 2 kelompok melakukan diskusi dalam ruang kolaborasi. Diskusi dilakukan melalui meeting zoom pada google meet yang dipandu oleh fasilitator.
Adapun hal – hal yang saya lihat , saya dengar, dan alami dari diskusi ini adalah bagaimana menerapkan pendidikan yang berhamba pada anak sesuai dengan kodrat keadaan berupa kodrat alam (lokal budaya) dan perkembangan zaman pada siswa.  Hal ini menurut saya sangat menarik. Karena budaya – budaya lokal hampir terlupakan termakan oleh jaman. Dan anak – anak lebih condong pada budaya barat. Padahal budaya sendiri banyak yang lebih baik dan sesuai dengan karakteristik mereka.

Dari hasil pembahasan tersebut saya berupaya menerapkan satu saja perbuatan positif sebagai langkah awal yaitu menerapkan keteladanan berupa memungut sampah setiap menjumpainya. Hal ini bertujuan bagaimana siswa mengolah rasa atau kepekaan terhadap lingkungan yang nyaman bagi diri sendiri, dan orang lain. Saya juga melakukan sosialisasi lisan kepada siswa tanpa harus menuntut mereka melakukannya. Saya sebagai guru hanya menceritakan saja kepada mereka bahwa setiap menjumpai sampah pasti pak guru pungut. Karena pak guru cinta kebersihan , bersih itu sehat.
Adapun reaksi dari anak-anak adalah ada 10 orang dari 37 siswa dalam kelas saya yang rutin serta secara kontinu melakukan hal yang sama pada minggu ini. Mereka juga tidak malu dan minder melakukan hal terrsebut. Namun, pada rekan – rekan guru, untuk memungut sampah masih meminta siswa untuk memungutnya.
Pada saat menyaksikan siswa mengikuti perbuatan ini. Saya sangat bangga walau jumlah siswa sangat jauh dari ekspetasi. saya tetap  optimis bahwa nanti akan ada perubahan besar, baik pada siswa maupun rekan guru di sekolah, bahkan dunia, jika dilakukan secara serius.
Saya pun menanyakan kepada 3 orang siswa dari 10 orang yang ikut melakukan hal yang sama dengan saya. Bagaimana perasaan mu setelah memungut sampah ? mereka menjawab senang. Apa yang membuatmu senang ? jawabannya karena lingkungannya menjadi bersih. Tetapi tidak ada yang memuji kalian, karena tidak ada yang menyuruh kalian memungut sampah ? jawaban mereka adalah tidak apa –apa karena ada Allah yang melihatnya, dan mereka tetap senang. Ternyata mereka juga merasakan hal yang sama seperti saya yaitu berupa kepuasan batin karena telah melakukan salah satu perbuatan positif. Dampak langsung dari peritiwa ini adalah kepuasan karena lingkungan menjadi terawat atau bersih.
Dari peristiwa di atas ada kecenderungan bagi saya bahwa keteladanan yang dimulai dari seorang guru itu sangat besar pengaruhnya terhadap peserta didik. Saya berani menyatakan hal ini karena saya baru melakukan beberapa hari. Bagaimana jika dilakukan secara kontinuitas kedepannya ? tentu akan banyak yang berubah.
       Saya optimis bahwa setiap yang positif atau yang baik akan memberikan kepuasan bagi pelakunya.
Jadi, saya tersadar bahwa selama ini sering menuntut siswa untuk membersihkan ruangan kelas, memungut sampah, dan hal – hal sejenisnya. Ternyata hal tersebut tidaklah memberikan dampak yang signifikan. Dan ternyata keteladanan yang dimulai dari perubahan diri seorang guru dalam memberikan contoh dapat mendorong siswa atau peserta didik untuk berubah. Perubahan yang permanen atas dasar kesadaran.
Perbuatan positif yang diterapkan ini tentu akan mengalami perbedaan jika dilakukan dengan cara yang berbeda. Misalnya, saya hanya mengajak siswa untuk membersihkan sampah, tanpa saya sendiri yang melakukannya terlebih dahulu.  Karena peristiwa tersebut tidaklah memberikan keteladanan dan pembiasaan.
Informasi tambahan dalam pengembangan serta menjalankan perbuatan positif ini tentu sangat saya butuhkan. Informasi – informasi bagaimana menerapkan pola hidup bersih serta akibatnya sangat banyak di internet. Contohnya pada laman : https://www.rumah.com/panduan-properti/kebersihan-lingkungan-44644 , Ia menjelaskan bahwa : lingkungan yang bersih dapat menghindarkan dari penyakit, mencegah dari pertumbuhan sumber penyakit berupa nyamuk, dan menghindarkan dari pemanasan global, serta mengurangi polusi.
Dan untuk menjalankan program dalam memberikan keteladanan berupa kegiatan positif tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak seperti rekan sejawat, tenaga pendidik, kepala sekolah, masyarakat dan dinas pendidikan terkait.
Jika keteladanan ini dijadikan program unggulan dalam suatu sekolah. Maka, bagian yang saya dahulukan adalah “cinta Kebersihan”. Karena secara keseluruhan masyarakat Bima pada umumnya masih jauh dengan pola hidup bersih. Hal ini perlu dimualai dari diri saya sebagai teladan, berimbas kepada siswa dalam kelas saya, kepada sekolah saya, masyarakat , bangsa dan negara jika bisa. Sehingga saya bermimpi bahwa maayarakat Indonesia merupakan masyarakat sadar sampah sehingga terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat. Walau semua itu membutuhkan waktu dalam prosesnya. 


Pembelajaran pada minggu ini adalah upaya menerapkan pendidikan yang memerdekakan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara. Inti dari pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menurut saya adalah bagaimana mencetus manusia – manusia yang penuh dengan kebijaksanaan. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan penanaman budipekerti. Penanaman budi pekerti ini salah satunya adalah melalui keteladanan.

https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/iklan-layanan-masyarakat-covid-19/

Komentar

  1. Mantap, perubahan besar memang harus dimulai dari hal-hal yang terlihat kecil. Lanjutkan....

    BalasHapus
  2. Memulai dari diri sendiri..untuk terus bergerak dan menggerakkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

menulis cerpen dengan 3 paragraf dalam sehari.

CARA MENGAJARKAN SISWA DALAM MENULIS PARAGRAF PROSEDUR DAN NARATIF

KONEKSI ANTAR MATERI HUBUNGAN ANTARA COACHING, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL , PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.