Aksi Nyata 1 Guru Penggerak

 AKSI NYATA 1 GURU PENGGERAK

Teman - teman pembaca sekalian. kali ini saya akan membagikan catatan saya sebagai calon guru penggerak dalam menuangkan catatan Aksi Nyata yang dilakukan di sekolah atau sekolah. catatan ini tentu tidaklah sempurna. karena kekurangan - kekurangan yang terdapat dalam diri saya. namun, sayang sekali jika catatan ini saya tidak membagikan kepada teman - teman sekalian. semoga dengan catatan kecil ini dapat memeberikan inspirasi, atau motivasi teman - teman juga. 

Teman - teman. guru penggerak itu dilatih dan ditempa. tujuannya adalah supaya ia benar - benar bisa menjadi agen of change, atau agen transformasi pendidikan dimasa yang akan datang. mengingat jaman terus berubah. maka, program ini sangat mempuni menurut saya kedepannya terkait dengan pendidikan di negara kita Indonesia. 

Oleh karena, calon guru penggerak itu dilatih, dan di tempa. maka dalam LMS sudah disediakan panduan berupa pertanyaan. tujuannya adalah untuk memudahkan peserta dalam menuangkan ide, dan pengalamannya dalam bentuk catatan. Nah, mari kita lihat pertanyaan pemandu dan jawaban saya sebagai berikut : 

1.   1.  Perasaan selama melakukan pembelajaran dalam kelas ?

2.   Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan?

3.   Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik?

4.  Foto bercerita dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan, dan refleksi) Aksi Anda.?

5.  Anda Juga dapat memasukan “testimoni” dari rekan guru dan siswa yang terlibat dalam proses perubahan yang anda lakukan.?

 

Jawaban :

1.    Perasaan saya selama melakukan pembelajaran dalam kelas terkait dengan implementasi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara pada hakikatnya senang. Senang karena, pembelajaran menurut Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana memberikan ruang kemerdekaan belajar kepada siswa. Sedngkan guru menjadi penuntun jalannya proses pembelajaran. Disisi lain, pendidikan atau pembelajaran juga dapat menggali potensi lokal seperti kebudayaan yang dapat menstimulus penggalian dan mengimplementasikan kebudayaan lokal yang sesuai dengan karakteristik siswa atau kebiasaan hidupnya.

Dari hasil diskusi dengan teman – teman dalam ruang kolaborasi, banyak sekali budaya – budaya Bima dapat dijadikan pendukung  proses pembelajaran dan pendidikan. Contoh budaya – budaya tersebut adalah slogan – slogan seperti “Nggahi Rawi Pahu (Ucapan dan perbuatan harus selaras/serasi), Maja Labo Dahu (Malu dan takut berbuat salah, malu dan takut tidak berbuat/bekerja/menghasilkan sesuatu, malu dan takut tidak belajar bagi siswa, malu dan takut tidak berprestasi, serta masih banyak lagi makna yang terkait), To’a ra tupa (taat dan baik kepada agama, orang tua, tetangga, keluarga, sesama manusia, hewan, dan alam), Ka co’i Angi (Saling menghargai sesama manusia tanpa memandang perbedaan)” dan lain – lain. Tetapi , tentu dalam mengimplentasikannya membutuhkan proses dan dukungan dari berbagai pihak antara lain rekan sejawat, Kepala sekolah, dan paling penting adalah masyarakat dalam hal ini orang tua. Karena orang tualah sebagai kelanjutan apa yang dipelajari di sekolah.

 

2.    Adapun gagasan yang saya rencanakan dalam mengimplementasikan pendidikan yang memerdekakan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara adalah:

a.    Melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa seperti menggali dahulu potensi yang dimiliki siswa dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan awal.  Kemudian mendiskusikan jawaban – jawaban siswa tersebut bersama teman kelasnya untuk memperoleh penguatan dan pembenaran dari jawaban tersebut berdasarkan pengalaman masing masing. Selanjutnya merefleksi yaitu dengan memberikan penguatan terhadap jawaban – jawaban siswa terhadap pertanyaan awal. Setelah merefleksi siswa melakukan elaborasi konsep seperti membaca, membuat peta konsep, infografis atau sejenisnya berdasarkan informasi dari buku atau vidio yang di tayangkan guru. Dan terakhir adalah siswa melaporkan hasil belajarnya kepada guru atau didiskusikan kembali untuk dibandingkan dengan jawaban teman lainnya.

Tentu dalam pembelajaran diatas guru benar – benar meletakkan posisinya sebagai penuntun yaitu menerima dan menggali semua jawaban siswa, walaupun terkadang ada jawaban nyeleneh. Nanti jawaban – jawaban nyeleneh siswa akan di betulkan pada jawaban – jawaban yang benar.

Guru tetap memberikan acuan berupa pertanyaan – pertanyaan penuntun, jika siswa mentok berpikir. 

b.    Gagasan yang kedua adalah menerapkan satu saja perbuatan positif yang terukur. Artinya perbuatan positif tersebut dapat diamati perkembangannya. Adapun prilaku positif yang saya terapkan disini adalah memungut sampah jika menjumpainya kemudian membuangnya di tempat sampah. Disini saya melakukan sosialisasi secara lisan kepada siswa, yang di dahului oleh saya sendiri sebagai guru untuk melakukan perbuatan tersebut sebagai teladan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah sesuai dengan profil pelajar pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dengan kompetensi berakhlak kepada alam dan lingkungan.

c.    Pemberian kasih sayang dan adil, dimana pelayanan pada anak yang satu dengan yang lain sama.

3.     Adapun catatan – catatan praktik baik dari implementasi pembelajaran yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara dari pengalaman saya adalah :

a.    Siswa terlihat semangat pada pelajaran bahasa indonesia tentang mencari kosakata yang berhomonim yaitu kosakata yang mengandung makna ganda. Bentuk pembelajaran yang saya lakukan adalah model permainan kuis. Adapun tehnik yang saya lakukan adalah :

-      Guru menentukan kosakata berhomonim

-      Kemudian siswa mencari arti dari kosa kata yang diberikan tersebut, yaitu dua arti yang berbeda.

Contoh :

Kosakata Bisa                             Mampu/dapat melakukan sesuatu

                                                Racun hewan

-      Guru memandu dengan pertanyaan untuk menuntun siswa dalam menemukan jawaban.

Contoh pertanyaan Acuan adalah :

ü  Apakah sering mendengar kata “bisa” ?

ü  Coba di buatkan dalam kalimat dengan kata “bisa” tersebut. (anak – anak diberi waktu untuk merangkai kalimat.

ü  Guru kembali mengajukan pertanyaan dari kalimat yang di buat siswa dengan kata “bisa”.

ü  Jika siswa belum juga bisa menjawab dari pertanyaan tuntunan pertama, maka guru dapat mengajukan pertanyaan berikutnya.

ü  Begitu seterusnya

 

Pembelajaran dalam bentuk permainan ini sebagai upaya implementasi dari filosofi Ki Hajar Dewantara yakni Merdeka Belajar. Dimana siswa diberikan ruang bahagia yaitu bermain, dan ruang bereksplorasi, dan ruang salah.

 

b.    Praktik baik kedua adalah pada pelajaran IPAS. Siswa sangat antusias saat mempelajari materi tentang bagian – bagian tumbuhan dan fungsinya. Pada saat itu siswa diberi ruang untuk bereksplorasi terbimbing yakni mengerjakan projec tentang fungsi batang dan daun pada fotosintesis.

Pada projec fungsi batang. Siswa melakukan percobaan dengan waktu semalam yaitu memasukan potongan seledri pada gelas berisi air berwarna untuk di amati ke esokan harinya apa yang akan terjadi.

Dari hasil percobaan yang dilakukan mereka dapat mendeskripsikan melalui jawaban tentang percobaan yang dilakukannya bahwa warna batang berubah sesuai dengan warna air. Hal ini menunjukan bahwa batang berfungsi sebagai penyalur air ke seluruh tubuh tumbuhan.

 

Dari dua praktik baik yang ditemukan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, siswa lebih mudah menyerap materi pelajaran melalui permainan. Karena bermain memberikan ruang merdeka belajar baginya. Manfaat lain yang juga dirasakan saat belajar sambil bermain adalah siswa merasa tidak canggung lagi dalam mengungkapkan apa yang mereka pikirkan, kendati terkadang atau bahkan sering jawaban mereka kurang tepat bahkan salah. Disinilah guru berperan sbagai penuntun jalannya bagimana siswa belajar dengan berbagai kegiatan permainan.

 

4.    Adapun foto – foto kegiatan sebagai berikut :

Pertemuan pertama dalam membuat kesepakatan kelas dengan siswa shift 1.

Kesepakatan kelas ditampung untuk digabungkan dengan siswa yang shift 2.

 

Saat kesepakatan kelas, siswa diberi ruang untuk berpendapat baik lisan maupun tulisan.

 




 



 Contoh siswa diberi ruang untuk bereksplorasi secara merdeka untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran mereka dihadapan siswa lain dan guru.


Terimakasi teman - teman. semoga kalian suka ya... ! jangan lupa di komentar. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

menulis cerpen dengan 3 paragraf dalam sehari.

CARA MENGAJARKAN SISWA DALAM MENULIS PARAGRAF PROSEDUR DAN NARATIF

KONEKSI ANTAR MATERI HUBUNGAN ANTARA COACHING, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL , PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.