Hubungan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak
HUBUNGAN FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA DENGAN NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Tulisan ini saya persembahkan kepada calon guru penggerak selanjutnya dan kepada para penilai calon guru penggerak angkatan 3 tahun 2021-2022. tulisan ini sebagai tugas paket modul 1 pada modul 1.2 Koneksi antar materi di Learning Manajement Sistem (LMS). Semoga dengan tulisan ini dapat menggugah mind set (pola pikir) dan spirit bagi teman - teman calon guru penggerak.
Untuk mengawalinya kita memulai pembahasan kita dengan mengajukan sebuah pertanyaan yaitu apa nilai dan peran guru penggerak itu ?. Seorang guru penggerak adalah sosok yang mampu menerapkan kemampuannya menjadi memimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Kemampuan tersebut akan didukung oleh nilai yang ada pada dirinya seperti kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid untuk menghasilkan perubahan budipekerti.
Seperti apa kemandirian tersebut? tentu orang yang memiliki kemandirian adalah ia bertindak tanpa adanya paksaan atau dorongan dari orang lain. Ia juga berpikir , bergerak, atau menggerakkan orang lain atas dasar inisiatifnya sendiri. Atau lebih simpelnya ia tidak bergantung pada orang lain, tetapi ia lebih yakin pada kemampuan yang ia miliki sehingga ia mampu bergerak, bertindak, memutuskan dengan sendirinya sesuai dengan keyakinan kemampuan yang ia miliki.
Reflektif bagi guru penggerak adalah ia berpikir terbuka untuk memperoleh kritikan, sumbang saran dari berbagai pihak untuk mengetahui sejauhmana implementasi yang ia lakukan dari suatu kegiatan yang telah dilakukan. Dengan reflektif ini ia akan lebih tanggap, dan peduli terhadap apa yang dilihat, dirasakan, didengar, untuk ia perbaiki dengan segera.
Walaupun guru penggerak sudah memiliki kemampuan kemandirian, reflektif, ia perlu kolaboratif. Dengan berkolaboratif ia dapat meningkatkan kemandirianya, dan bersikap reflektif. Terlebih pada upaya untuk merubah budi pekerti. Upaya perubahan ini dilakukan melalui proses pendidikan yang memerdekkan. Untuk memperoleh hasil yang maksimal seorang guru penggerak,harus melakukan analisis masalah, upaya menentukan solusi, dan merencanakan strategi perbaikan pada pembelajarannya. Untuk melakukan itu semua tentu guru penggerak perlu melakukan sharing, coaching, diskusi, pelatihan, yang dilakukannya pada sebuah komunitas praktisi. Yang tujuannya adalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid, sehingga terjadinya perubahan budi dan pekerti tersebut.
Jadi, Muara akhir dari guru penggerak adalah ia mampu merubah budi pekerti atau karakter. Budi pekerti atau karakter ini dapat dirubah melalui proses pengolahan rasa, karsa, cipta, dan olahraga (pekerti). Prosesnya adalah melalui pendidikan yang Merrdeka atau merdeka belajar sesuai dengan filososfi KiHajar Dewantara. Budi pekerti ini telah tercantum didalam profil pelajar pancasila sebagai pengejewantahannya. Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, berkhebinekaan global, gotongroyong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dimana pada setiap komponenenya memiliki kompetensi – kompetensi yang harus dicapai. Jadi, jika budi pekerti siswa sudah berubah berarti guru penggerak sudah mampu menerapkan profil pelajar pancasila.
Lalu bagaimana hubungan nilai dan peran guru penggerak ini dengan filosofi Ki Hajar Dewantara ? Guru penggerak berawal dari guru yang tergerak menjadi bergerak dan puncaknya adalah menggerakkan. Guru penggerrak itu adalah pelaku yang menggerakkan. Yang digerakkan adalah dirinya, muridnya, dan orang lain. Ia menggerakkan diri, murid, dan guru lain dengan menerapkan segala daya dan upaya melalui nilai – nilai yang dimiliki seperti kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan keberpihakan pada murid. Muara akhir dari menggerakkan ini adalah terjadinya perubahan budi pekerti sebagaimana yang tercantum dalam profil pelajar pancasila.
Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran. Dalam memimpin pembelajaran ia harus menerapkan pendidikan yang memerdekakan, menjadi penuntun, menghamba pada anak, memamahami kodrat keadaan yaitu kodrat alam dan jaman, sehingga bermuara pada perubahan budipekerti untuk menghasilkan manusia yang penuh dengan kebijaksanaan.
Sebagai pemimpin pembelajaran guru penggerak menerapkan pendidikan yang seimbang diantara budi dan pekerti yaitu pendidikan yang menciptakan manusia – manusia yang penuh kebijaksanaan, memberikan ruang eksplorasi bagi anak (merdeka) dalam mengembangkan potensinya sesuai dengan kodrat alam (Lokal Budaya) masing – masing. Pendidikan yang merdeka adalah memberikan kebebasan bagi siswa dalam bereksplorasi pikiran dan prilaku melalui tuntunan yang sistematis dan konsisten. Dalam hal ini guru hanya sebagai penuntun dalam perkembangan kemampuan siswa, bukan membentuk sesuai keinginan. Karena siswa sudah memiliki bentuk atau garis masing – masing. Ibarat petani dan bibit jagung dan ketela. Maka petani hanya menuntun bibit jagung itu tumbuh namun tidak bisa di bentuk atau dirubah sebagaimana ketela tumbuh. Pendidikan semacam inilah yang dimaksud dengan pendidikan yang memerdekakan tersebut. Sehingga guru menjadi teladan ataupun GPS yang merupakan pemandu bagi murid, dalam mencapai perubahan budi pekerti atau Karakter tersebut.
Jadi, hubungan atau keterkaitan nilai dan peran guru penggerak dengan filosofi Ki Hajar Dewantara adalah guru menciptakan pendidikan yang memerdekaan yang bersahabat, berteman, dengan kebahagiaan, serta menganalisisi masalah – masalah pendidikan melalui sharing pendapat, diskusi, berkolaborasi dengan guru diberbagai pihak, memimpin komunitas praktisi, melalui nilai – nilai yang dimiliki untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat keadaan, sesuai prinsip pembelajaran, dan berhamba pada anak. Sehingga terciptalah pendidikan yang memerdekakan tersebut untuk mewujudkan ketercapaian profil pelajar pancasila.
Nilai – nilai tersebut dilakukan melalui pengkondisian kebiasan seperti keteladanan yang konsisten dan sistem atau aturan yang konsisten. Keteladanan dan sistem atau aturan ini sebagai wadah untuk menanamkan prilaku - prilaku positif sehingga nanti menghasilkan sebuah pola pikir berupa keyakinan atau kepercayaan.
Contoh konkritnya adalah jika guru ingin merubah pola pikir siswa tentang bagaimana hidup bersih dan sehat. Maka, guru tersebut perlu membuat suatu aturan dan keteladanan yang konsiten dilakukan untuk siswa dan dirinya. Misalnya anak – anak diajak untuk menjemput sampah. Dimana, setiap menjumpai sampah maka ia harus memungutnya atau setiap ada sampah ia membiasakan membuang pada tempatnya. Jika hal ini dilakukan secara konsisten maka siswa akan berkeyakinan bahwa membuang sampah sembarang merupakan contoh prilaku yang tidak baik. Dan siswa akan beranggapan bahwa jika ia melakuan perbuatan yang demikian, maka ia akan malu dan merasa bersalah karena itu merupakan prilaku yang tidak baik. Dan pada akhirnya ia yakin pada dirinya untuk membuang sampah pada tempatnya dan memungut sampah jika menjumpainya secara sadar dan tanpa dorongan dari orang lain. Disini akan muncul sebuah keyakinan terhadap sebuah prilaku positif bagi pelaku (Guru ataupun siswa), sehingga prilaku itu menjadi kebiasaan, dan karena kontinue ia lakukan kebiasaan itu menjadi sebuah prilaku yang tampak atau disebut karakter.
Usaha – usaha diatas tidaklah dapat dilaksanakan secara mandiri. Tentu ada pihak – pihak yang membantu dalam pengimplementasiannya demi mempercepat perubahan yang di harapkan. Adapun pihak – pihak yang membantu tersebut adalah :
a.
Guru dan tenaga pendidik di sekolah
Peran mereka adalah
mengimplementasikan prilaku positif melalui pembiasaan – pembiasaan. Mereka
adalah ujung tombak dalam menciptakan karakter dalam mewujudkan perubahan budi
pekerti tersebut secara sistematis dan terukur. Sistematis dan terukur ini
tentu tertuang dalam sebuah rencana kerja yang disepakati.
b.
Kepala sekolah
Peran kepala sekolah disini adalah sebagai
motivator dan fasilitator dalam mendukung kegiatan – kegiatan yang di
programkan.
c.
Dinas Terkait
d.
Pengawas Sekolah
e.
Masyarakat
f. Dudi (sebagai donatur tak terikat)
Jadi, seperti itulah peran dan nilai guru penggerak, serta hubungannya dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian. Jajakumullah khairan katsiran. Wassalamualaikum waraatullahi wabarrakaatuh.
Hebat pak erdin...
BalasHapusterimakasih bu Reni ...
HapusIni namanya guru penggerak๐๐๐
BalasHapusAsiap terimakasih,,,,
HapusHebat pak Erdin..seorang guru harus memiliki nilai yang positif untuk menjalani perannya sebagai guru, nilai positif tersebut ketika dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter yang baik bagi seorang guru untuk membentuk karakter yg positif untuk muridnya, sehingga nilai- nilai positif tersebut yg membentuk profil pelajar pancasila
BalasHapusBetul sekali, itulah yang akan kita lakukan bersama ke depannya demi mentransformasikan pendidikan ke arah yang lebih hebat lagi.
HapusLuar biasa pak erdin....pala katada ja wajah ta header blog paling atas...tada edi mpoa hehe....
BalasHapusJosss
BalasHapusMasyaaa Allah mantap pak
BalasHapusKembangkan lagi menulisnya, cari lagi referensi sebagai acuan pengembangan tulisan. Tapi sejauh ini sudah bagus.
BalasHapusKeren pak..
BalasHapusTinggal tambahin beberapa referensi sebgai penguat..๐
kupasan yang sangat bagus
BalasHapus