KONEKSI ANTAR MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
KONEKSI ANTAR MATERI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI
PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh : Erdin, S.Pd.CGP Angkatan 3
Kota Bima/erdin68@guru.sd.belajar.id
Ki Hajar
Dewantara memiliki tiga dasar pemikiran bagi pendidikan yaitu ingarso sung
tulodo yaitu di depan memberi teladan, Ing madya Mangun Korso yaitu di tengah
membangun motivasi, serta Tut Wuri Handayani yaitu di belakang memberi
dukungan. Tiga pemikiran Bapak Pendidikan ini diabadikan oleh Negara menjadi
semboyan pendidikan. Tiga pemikiran ini tentu memberikan makna yang amat dalam
bagi pendidik dalam mendidik anak – anak bangsa untuk menjadi generasi emas
yang penuh dengan produktifitas pada tahun 2032 nantinya. Penerapan tiga
filosofi Ki Hajar Dewantara ini perlu dijadikan tonggak estafetnya pendidikan
yang merdeka bagi anak – anak bangsa Indonesia kedepannya.
Pendidik
adalah contoh bagi para siswanya. Oleh karena demikian, maka pendidik perlu
memberikan teladan berupa prilaku – prilaku yang dapat dijadikan panutan
ataupun contoh. Sebagaimana semboyan yang disematkan pada pendidik yaitu guru
adalah digugu dan ditiru. Oleh karenannya, guru dapat menjadi contoh teladan
bagi siswanya seperti cara pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
sehingga terbentuk masyarakat sekolah yang harmonis, menyenangkan, dan
produktivitas.
Sekolah juga
disebut sebagai institusi moral. Oleh karenannya, peran guru memerankan nilai –
nilai kebajikan untuk dijadikan teladan bagi siswa – siswinya disekolah perlu
dijadikan yang utama. Dengan demikian, tentu sekolah dapat menjadi masyarakat
moral bagi generasi bangsa yang sehingga akan terbentuk generasi – generasi
yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Dalam diri manusia
tentu memiliki nilai – nilai kebajikan dasar. Nilai – nilai ini juga
berpengaruh pada prinsip – prinsip pengambilan keputusan yang hendak diambil.
Terkadang ada yang bertentangan dan terkadang tidak. Oleh karenannya, perlu
keberanian dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada perkembangan moral
siswa. Contohnya, jika pendidik menginginkan siswanya dapat berperilaku hidup
bersih, maka guru perlu mengambil sebuah keputusan untuk mendidik siswa –
siswinya supaya terbiasa dengan pola hidup bersih. Dalam hal ini, tentu seorang
guru perlu memahami empat paradigma pengambilan keputusan, serta prinsip dalam
menentukan sebuah keputusan yang diambil. Dan sebelum keputusan tersebut
difinalkan maka, perlu dilakukan pengujian berupa benar salah, benar – benar,
apa fakta – faktanya dan dampaknya , sehingga keputusan yang diambil tersebut
merupakan keputusan yang memiliki validitas tinggi untuk mewujudkan prilaku
hidup bersih bagi siswa tersebut.
Untuk
menanamkan kepada siswa bagaimana mengambil sebuah keputusan memang dirasakan
sulit. Karena , posisi siswa yang masih kurang memepercayai akan kemampuannya
pada hal, ia memiliki potensi untuk itu. Maka, untuk menggali rasa percaya diri
ini perlu dilakukan dengan kegiatan coaching. Coaching yang dilakukan adalah coaching
model TIRTA. Coaching model TIRTA ini merupakan salah satu coaching yang
dikembangkan untuk melatih guru dalam menggali potensi siswa melalui tuntunan
sehingga siswa dapat menenntukan sendiri sikap serta potensinnya. Cara coaching
model tirta ini adalah pertama menentukan tujuan yang hendak dibicarakan atau
dicoachingkan, kedua mengidentifikasi masalah yang dihadapi, dan ketiga dan
keempat menentukan rencana aksi dan Tanggungjawab. Dalam menerapkan coaching
ini guru perlu memiliki kemampuan komunikasi asertif. Komunikasi asertif adalah
kemampuan komunikasi yang dapat memadukan komunkasi agresif dan komunikasi
pasif (mendengarkan), sehingga dengan komunikasi ini guru sebagai coach dapat
membangun komunikasi yang terbuka. Sehingga siswa menjadi sangat percaya diri
serta mengenal potensi dirinya untuk mengambil sebuah keputusan dalam memimpin
pembelajaran.
Dengan
kegiatan coaching dalam pengambilan keputusan, dan banyaknya kegiatan latihan
coaching untuk pengambilan keputusan, tentu siswa akan mengalami kejenuhan,
kecapeaan, bahkan stress yang dapat berpengaruh pada emosinya. Oleh karena itu,
untuk mengatasi hal ini tentu perlu menggunakan keterampilan social emosional.
Dimana, pembelajaran social emosional adalah tercapainnya sehat dan bahagia
yang dapat terkoneksi dengan orang lain, dapat mementukan tujuan, dan mengambil
keputusan untuk keterampilan hidup dan bekerja.
Pada pembelajarn ini siswa diajarkan bagaimana ia berkreasi,
berkomunikasi,berkolaboratif, dan berempati, serta mendengarkan diri dan orang
lain sehingga dapat mengambil sebuah keputusan yang positif. Dalam pembelajaran
social emosional guru maupun siswa mampu mengenali dirinya sendiri dalam
menghadapi berbagai masalah social, masalah diri, masalah dalam berelasi.
Pembelajaran social emosional terdiri dari lima komponen kopetensi yaitu
kesadaran, pengolaan diri, kesadaran social, keterampilan berelasi, dan
keterampilan mengambil keputusan dengan penuh tanggungjawab. Inti dari
pembelajaran ini adalah bagaimana mencapai sehat dan bahagia yang terkoneksi
dengan orang lain, dapat menetapkan tujuan, membuat keputusan untuk
keterampilan hidup atau bekerja. dengan pembelajarn sosial dan emosional juga
melatih keseimbangan dari kompetensi pribadi apa yang perlu dikembangkan supaya
menjadi sukses yang terkoneksi dengan orang lain. pendidikan sosial dan
emosional adalah belajar untuk komunikatif, kolaboratif, kreatif, empati, dan
mendengarkan diri dan orang lain supaya terkoneksi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan untuk kecakapan hidup. Dan untuk meningkatkan keterampilan social
emosional tersebut dapat dilatih dengan
keterampilan STOP (berhenti dan amati, rasakan , dan lanjutkan pekerjaan) dan
POUCH (Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau
konsekuensi), Choices (Keputusan yang diambil).
Dalam
pengambilan keputusan, seorang pendidik ataupun siswa perlu focus pada masalah
yang melibatkan moral dan etika. Pengambilan keputusan yang melibatkan masalah
moral dan etika ini, harus berdasar pada nilai – nilai yang dianut antaralain
nilai – nilai tanggungjawab, disiplin, jujur, empati, keselamatan, kebahagiaan,
menghargai orang lain, menghormati orang lain, bahkan yang paling penting yaitu
kesehatan. Karena sesuai dengan pembelajaran social emosional bahwa seorang
pendidik ataupun siswa dalam pengambilan keputusan bagaimana mencapai sehat dan
bahagia yang terkoneksi dengan orang lain, mampu mengambil keputusan untuk
keterampilan hidup atau bekerja.
Pengambilan
keputusan yang tepat adalah melibatkan empat paradigma yaitu Individu versus
masyarakat, rasa keadilan versus rasa kasihan, kebenaran versus kesetiaan, dan
jangka pendek versus jangka panjang, dan tiga prinsip korelasi pengambilan
keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan,
serta berpikir berbasis rasa peduli, kemudian diuji melalaui Sembilan langkah
pengambilan keputusan yaitu mengetahui nilai – nilai yang bertentangan, fakta –
fakta yang relavan, siapa yang terlibat, melakukan pengujian benar salah (uji
legal, uji regulasi, intuisi, uji publikasi, dan uji idola), dilanjutkan dengan
apakah masalah dalam situasi dilemma etika atau bujukan moral, prinsip yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi, adakah solusi lain, kemudian ambil
keputusan. Setelah keputusan diambil, tidak semerta –merta kita gunakan tetapi
perlu direfleksikan kembali. Keputusan tersebut harus berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dalam
pengambilan keputusan tentu aka nada tantangan – tantangan , bahkan hambatan.
Namun, tantangan tersebut adalah pada kasus yang melibatkan dilemma etika.
Tetapi, itu semu bukanlah menjadi sebuah kesulitan jika dilalui dengan kaidah
pengambilan keputusan yang benar. Dan barang tentu akan merubah paradigma
pengambilan keputusan dilingkungan selama ini.
Pengaruh dari pengambilan
keputusan dengan kaidah pengambilan keputusan yang diambil adalah untuk
mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan kodrat anak. Keputusan yang baik tentu
akan memberikan dampak baik bagi murid – murid untuk belajar dengan
menyenangkan, merdeka sesuai kodratnya.
Guru dalam
memimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat dan juga masa depan murid – muridnya. Hal ini karena, keputusan
yang diambil seorang pendidik akan dirasakan dan dipraktekkan langsung oleh
masyarakat sekolah yakni siswa – siswanya tersebut.
Jadi, dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran perlu memahami kaidah – kaidah pengambilan keputusan
seperti 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip resolusi pengambilan
keputusan, dan Sembilan langkah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
ini, untuk mewujudkan merdeka belajar, terciptanya lingkungan yang produktif,
positif, kondusif, aman dan nyaman dalam mencapai merdeka belajar sesui dengan
kodrat anak. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran perlu
memahami situasi dimana yang merupakan dilemma etika dan mana yang merupakan
bujukan moral. Bujukan moral adalah keputusan yang diambil antara situasi benar
dan salah. Sedangkan dilemma etika adalah sesorang berada dalam 2 situasi yang
sama – sama benar tetapi saling bertentangan. Hal ini, perlu dikaitkan dengan
nilai – nilai yang menjadi dasar dalam berpilaku yang terbentuk secara ilmiah
dalam diri seseorang.
Komentar
Posting Komentar