KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 DAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4

 KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 4.1 ESPLORASI BUDAYA POSITIF

Erdin,S.Pd./SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima / erdin68@guru.sd.belajar.id

 


A.    KESIMPULAN

Pada modul 4.1 ini kami disuguhkan dengan materi baru yaitu perubahan paradigma budaya positif disekolah atau kelas. Adapun pint – poin sebagai sarana dalam mewujudkan perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Displin positif

Disiplin positif adalah kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri melalui belajar, sehingga ia mempunyai pemahaman untuk mengontrol dirinya sesuai dengan nilai – nilai yang ia yakini. Sehingga ketika seseorang mampu mengontrol dirinya , maka ia akan mampu bertindak sesuai dengan kesepakatan (aturan) yang ada. Sebagai contoh, jika didalam suatu kelas ada kesepakatan kelas berupa hadir 15  menit lebih awal dari waktu masuk sekolah, dan jika melaksanakannya ia meyakini bahwa ia adalah orang yang bertanggung jawab, menghargai orang lain, konsisten, maka dengan tanpa paksaan dan karena dorongan dirinya sendiri dan atas pemahamannya atau kesadarannya sendiri, maka seseorang itu akan melaksanakannya dengan baik. Jadi, disiplin positif adalah bukan aturan yang sifatnya menghukum seseorag, tetapi lebih pada bagaimana membelajarkan seseorang sehingga ia tersadarkan untuk berbuat sesuai tujuan hidupnya yang lebih baik.

Dalam mewujudkan disiplin positif di sekolah atau kelas adalah diawali dengan lingkungan yang positif secara konsisten, adanya kesepakatan kelas yang menjadi keyakinan kelas, sehingga muncul nilai- nilai yang diyakini, maka seseorang itu mampu untuk mengontrol dirinya.

 

2.      Motivasi perilaku manusia

Disiplin positif ditanamkan dengan motivasi. Ada tiga motivasi prilaku manusia diantaranya adalah :

a.       Motivasi untuk menghindari ketidak nyamanan atau hukuman

b.      Motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

c.       Motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri sesuai dengan nilai – nilai kebajikan yang mereka yakini.

Dari tiga motivasi prilaku manusia diatas, ada dua motivasi eksternal yaitu motivasi untuk menghindari ketidak nyamanan atau hukuman dan motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Motivasi ini bersifat kontemporer atau jangka pendek. Kedua model motivasi ini bukanlah tidak baik, tetapi kurang memberikan perubahan pada diri sesorang dan temporer. Alasannya adalah pada saat seseorang melakukan sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pujian, atau penghargaan, maka suatu ketika ia tidak memperoleh hal tersebut maka ia akan mengalami kegagalan. Hal ini, memutus semangatnya untuk melakukan disiplin positif yang dimaksudkan.

Sedangkan motivasi ketiga yaitu motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri sesuai dengan nilai – nilai kebajikan yang mereka yakini merupakan motivasi internal. Motivasi ini bersifat jangka panjang dan permanent. Motivasi ini permanent karena didorong dari kesadaran diri sendiri berdasarkan nilai – nilai kebajikan yang ia yakini dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga seseorang dapat mewujudkan disiplin positif melalui kontrol diri sendiri.

 

3.      Posisi kontrol restitusi

Untuk memerdekakan dan memandirikan murid dengan disiplin positif maka, terdapat teori kontrol. Pada teori kontrol akan dunia menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengontrol orang lain, tetapi dirinya sendirilah yang mampu mengontrol dirinya. Terdapat lima posisi kontrol yaitu :

a.       Posisi penghukum

Pada posisi ini, seorang guru menggunakan suara dengan nadasuara tinggi, bahasa tubuh seperti mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik. Yang efeknya tidak akan memberikan disiplin positif kepada siswa. Siswa akan kemungkinan akan marah, dendam, atau agresif. Bahkan, bisa juga berimbas pada ketakutan yang artinya posisi kontrol ini tidak memberikan kemerdekaan belajar siswa.

b.      Posisi membuat orang merasa bersalah (sanksi/konsekuensi).

Pada posisi ini guru bertindak dengan suara yang lembut, pelan, sedih, halus, dan tindakan seperti mendekati anak, merasa sedih. Tapi akibatnya, bahkan lebih bahaya dari posisi kontrol penghukum, karena murid akan merasa tertekan dan bisa saja menumpahkan emosinya pada hal – hal negatif.

c.       Posisi teman

Pada posisi ini guru sudah dapat menumbuhkan disiplin positif, karena sudah memberikan kemerdekaan belajar bagi siswa seperti nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka. Akibatnya bahwa siswa siswa menjadi senang dan akrab dengan guru. Hanya saja siswa memiliki ketergantungan pada guru. Osisi kontrol ini sudah membaik tetapi belum sempurna, artinya belum memberikan pelajaran disiplin positif yang maksimal.

d.      Memonitor atau memantau.

Pada posisi ini guru, nada suara datar, bahasa tubuh yang formal, menanyakan apa yang diperbuatnya, dan menanyakan bagaimana melakukan perbaikan. Akibatnya adalah siswa menjadi memahami sanksidari pelanggaran yang telah diperbuat. Namun, siswa tetap dibuat tidak nyaman. Contohnya adalah jika siswa terlambat, maka sebagai sanksinya siswa menyelesaikan tugas yang tertinggal pada jam keluar main, semntara teman lainnya keluar main.

 

e.       Manajer

Pada posisi ini guru nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid. Guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru. Akibatnya siswa menjadi bersahabat dengan gurunya tidak merasa tertekan, tidak merasa bersalah, dan tidak perlu lagi takut sebagaimana pada posisi kontrol penghukum.

Jadi, dari lima posisi kontrol ini adalah yang terbaik untuk membangun disiplin positif di sekolah/kelas adalah posisi kontrol manajer.

Adanya masalah – masalah yang muncul dalam diri siswa itu disebabkan oleh adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Maka untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut ditumbuhkan dengan posisi kontrol sebagai alat dan nilai – nilai yang diyakini yaitu keyakinan kelas. Adapun kebutuhan dasar manusia tersebut adalah :

a.       pertama, Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk diteria. Kebutuhan ini contohnya anak akan berbuat ulah supaya bisa mendapatkan perhatian dari orang yang dituju seperti orang tua/guru misalnya.

b.      Kedua, penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan). Contohnya adalah anak akan suka usil atau mengganggu teman karena ia ingin ditakuti, disegani, sehingga menuruti keinginan dia.

c.       Ketiga, Kebebesan (kebutuhan akan pilihan). Contohnya adalah anak terlalu banyak bergerak, selalu mencoba – coba, merasa bosan, ini menunjukan bahwa membutuhkan kebebsan

d.      Keempat, Kesenangan (kebutuhan untuk merasa senang) yaitu kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa. Contohnya adalah bila anak iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya dan menurut dia, ekspresi teman-temannya itu lucu. Maka berarti anak tersebut sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.

 

4.      Keyakinan kelas

Lalu apa itu keyakinan kelas ?, Mengapa Keyakinan Kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?, Mengapa adanya Keyakinan Kelas penting untuk terbentuknya sebuah budaya positif?, Bagaimana mewujudkan sebuah Keyakinan Kelas yang efektif?

Keyakinan kelas adalah nilai – nilai yang diyakini oleh seseorang sehingga memotivasinya untuk melakukan suatu hal. Lalu memngapa harus keyakinan kelas dan bukan peraturan kelas ? jawabannya adalah karena keyakinan kelas dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu berdasarkan nilai – nilai yang ia yakini secara universal dan lintas agama, suku dan budaya. Contohnya adalah seorang siswa memakai masker atas dasar nilai yang ia yakini yaitu kesehatan dan keselamatan, atau menghargai orang lain. Jika, ia tidak memakai masker maka ia meyakini bahwa ia tidak menjaga keselamatan dan kesehatan dirinya. Berbeda dengan peraturan bersifat untuk ditatati dan terkadang dilanggar karena bersifat kaku.

Jadi, dengan keyakinan kelas akan tumbuh kesadaran siswa untuk melakukan seuatu atas dasar kesadaran dirinya sendiri. Jika hal ini dapat diterapkan oleh siswa, maka siswa tersebut sudah mampu mengontrol dirinya sendiri. Disini posisi siswa sudah menunjukan kemerdekaaan dan mandiri.

 

5.      Restitusi

(Gossen; 2004) mengatakan, Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. (Chelsom Gossen, 1996) juga mengatakan bahwa, Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain.

Restitusi

Untuk mencari solusi secara kolaboratif untuk mencapai aapa yang diinginkan.

 

Membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah

Menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.

Mengembalikan harga diri

Menguntungkan korban dan menguntungkan orang yang berbuat salah, sesuai dengan teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang

 

Ciri – ciri Restitusi adalah :

Ciri – ciri Restitusi

Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan

Memperbaiki hubungan

Tawaran, bukan paksaan

Menuntun untuk melihat ke dalam diri

Mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan

Fokus pada karakter bukan tindakan

Menguatkan

Fokus pada solusi

Mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

 

6.      Segitiga restitusi

Segi tiga restitusi adalah tahapan atau langkah yang akan dilakukan supaya siswa dapat mengotrol dirinya, memehami kebutuhan dirinya, dan memahami tujuan hidupnya. Adapun langkah – langkah segitiga restitus adalah meliputi tiga tahap dan setiap tahapnya berdasarkan pada prinsip penting dari Teori Kontrol sebagai berikut :

Langkah

Teori Kontrol

1.

Menstabilkan Identitas

Stabilize the Identity

Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan.

Anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Maka, berikanlah kritikan agar ia dapat memperbaikinya dengan pertanyaan – pertanyaan berikut :

o   Berbuat salah itu tidak apa-apa.

o   Tidak ada manusia yang sempurna

o   Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

o   Kita bisa menyelesaikan ini.

o   Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.

o   Kamu berhak merasa begitu.

o   Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

2.

Validasi Tindakan yang Salah Validate the Misbehaviour

Semua perilaku memiliki alasan/tujuan.

Contoh Pertanyaan :

o   “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”

o   “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”

o   “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.

o   “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

3.

Menanyakan Keyakinan

Seek the Belief

Kita semua memiliki motivasi internal. Dapat menghubungkannya dengan nilai – nilai yang ia percayai supaya dapat termotivasi.

Contoh pertanyaan :

o   Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?

o   Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?

o   Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?

o   Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

 

7.      Keterkaitan antara budaya positif, motivasi perilaku, posisi kontrol, keyakinan kelas, restitusi, dengan filosofi ki hajar dewantara, nilai dan peran guru penggerak, dan visi guru penggerak.

Budaya positif terdiri dari disiplin positif, motivasi prilaku, posisi kontrol, keyakinan kelas dan restitusi. Sedangkan filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai – dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak diibaratkan sebagai ekositem positif.

Budaya positif ini ibaratnya adalah unsur tanah yang lengkap dengan zat hara dan nutrisi tanah. Sedangkan ekosistem positif diibaratkan dengan bagaimana membasmi hama yang mengganggu tumbuhnya tumbuhan sehingga dapat tumbuh dengan nyaman dan merdeka sesuai dengan kodratnya. Sehingga jika budaya positif dan ekosistem positif dapat dijalankan dengan baik maka, dapat memberikan kenyamanan, kemerdekaan bagi  tumbuh – tumbuhan untuk tumbuh yang pada akhirnya mencapai kebahagian dan keselamatan.

Jika menurut filosofi Ki Hajar dewantara  pendidikan adalah memberi kemerdekaan belajar, mewujudkan keseimbangan budipekerti untuk  menciptakan kebijaksanaan, menuntun dan bukan menuntut, dan berhamba pada anak, maka guru dapat mengimplementasikan budaya positif ini di sekolah dengan memahami faktor yang memuncukan masalah bagi siswa misalnya adanya kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, sehingga guru akan dapat mengatasinya dengan melakukan restitusi dengan alat yang digunakan adalah keyakinan kelas dan posisi kontrol manajer sebagai jalan untuk mencapai tujuan yaitu budaya positif.

Untuk menumbuhkan budaya positif yang sehat dan konsisten di sekolah guru perlu melibatkan pemangku kepentingan. Disini nilai dan perang guru penggerak akan diupayakan seperti kemandirian untuk menerapkan budaya positif, berkolaborasi dengan rekan pendidik di sekolah, kepala sekolah dan sebagainya, membangun komunitas praktisi untuk mencari dan memabahas penanganan kasus siswa melalui restitusi.

Namun, supaya kegiatan ini terarah maka perlu adanya mimpi yang harus dicapai yaitu melalui sebuah visi. Maka, melalui visinya tersebut guru penggerak menerapkan budaya positif dengan berprinsip pada pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan profil pelajar pancasiala sebagai pengejewantahan filosofi Ki Hajar Dewantara tersebu.

Seperti itulah menurut pemahaman saya selaku Calon Guru Penggerak yang mempelajari paket modul 1 mualai dari modul 1.1 filosofi KHD dengan pendidikan yang memerdekakan, 1.2 nilai dan peran guru penggerak, 1.2 visi guru penggerak, 1.4 budaya positif ini. Dari modul 1.1 sampai modul 1.4 sebenearnya merupakan satu rangkaian untuk mewujudkan perubahan budi pekerti siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagian.





TINDAKAN AKSI NYATA

MODUL 1.4 EKSPLORASI BUDAYA POSITIF

Erdin,S.Pd./SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima / erdin68@guru.sd.belajar.id

 

Judul Modul         : Merumuskan keyakinan kelas dengan identifikasi motivasi

  internal

Nama Peserta       : Erdin,S.Pd.

 

A.    Latar Belakang

Rancangan tindakan ini dilakukan untuk menerapkan budaya positif berupa menyusun keyakinan kelas dengan mengidentifikasi motivasi internal siswa. Motivasi internal siswa itu berasal dari nilai – nilai yang ia yakini. Sehingga dengan keyakinan tersebut siswa akan bertindak tanpa harus dipakasa. Artinya siswa melakukan suatu tindakan positif dari kesadaranya sendiri.

Nilai – nilai yang menjadi suatu kebajikan ini, perlu digali dan diidentifikasi pada diri siswa. Apakah mereka sudah memilikinya atau belum ? atau bahkan sudah mengimplementasikannya secara mandiri. Oleh sebab itu, perlu dibuatkan kesepakatan kelas untuk dijadikan keyakinan kelas.

Keyakinan kelas tidak dibuat begitu saja, tetapi perlu digali dalam diri siswa. Tentu pada diri sisiwa, keluarganya, lingkungannya sudah memiliki keyakinan akan sebuah nilai sebagai motivasi dirinya melakukan sebuah tindakan positif. Ia tidak perduli apa yang oarang lain katakan, karena dirinya lebih mengetahuinya.

. Setiap anak tentu memiliki pandangan yang berbeda tentang dunia, bagaimana berprilaku, bagaimana berucap, bagaimana tentang semua hal. Tetapi, terkadang sering terbentur dengan aturan – aturan yang ada terutama di sekolah, sehingga menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain. Karena adanya masalah yang muncul dalam diri siswa, guru selama ini hanya menghukum dan memberi penghargaan. Pada hal, memberi hukuman dan reaword merupakan motivasi eksternal yang sifatnya sementara. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, CGP melakukan aksi nyata dalam menumbuhkan motivasi internal siswa.

Dalam penerapan budaya positif ini, selain mengidentifikasi motivasi internal kemudian di maping pada keyakinan kelas. Diharapkan siswa mampu menunjukan kontrol diri sesuai dengan keyakinan kelas yang telah disepakati dari hasil rembuk ataupun musyawarah.

 

B.     Tujuan

Guru dan siswa di SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima dapat memahami dan menerapkan paradigma baru tentang budaya positif seperti keyakinan kelas, disiplin positif, motivasi manusia dalam bertindak, minimal satu budaya positif seperti berakhlak pada alam.

 

C.     Tolak Ukur

1.       Guru dapat mengidentifikasi motivasi internal siswa sebagai landasan merumuskan keyakinan kelas.

2.       Adanya kesadaran dan kemandirian dalam diri siswa di sekolah atau kelas seperti kesadaran memungut sampah, hadir tepat waktu, mengikuti prokkes yang ketat, menjaga lingkungan, menghargai teman dan sebagainya

3.       Sekolah terlihat kondusif, nyaman, aman

 

D.    Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

1.       Mengimplentasikan konsep – konsep inti Budaya Positif di dalam kelas   

a.       Merumuskan keyakinan kelas dengan melibatkan siswa melalui forum diskusi, dan tanyajwab.

b.      Mengidentifikasi motivasi prilaku siswa dengan mengajukan pertanyaan tertulis untuk di analisis. Contoh pertanyaan :

1)      Nilai apa yang kamu yakini dalam keluarga mu ?

2)      Nilai baik seperti apa yang kamu yakini ?

3)      Mengapa kamu melakukan hal baik itu ?

4)      Bagaimana tanggapan orang, jika kamu berprilaku sesuai dengan nilai –nilai yang kamu percayai ?

5)      Jika kamu melaksanakan nilai – nilai yang diyakini, apakah kamu merasa puas, nyaman, atau senang ?

6)      Lalu apa yang membuat kamu melakukan hal tersebut ?

7)      Kamu ingin menjadi orang yang bagaimana dalam hidup ini ?

8)      Apa tujuan pribadi mu yang ingin dicapai dari belajar atau saat kamu mengerjakan sesuatu seperti menolong, datang cepat waktu, mengganggu orang dan lain – lain atau sesuai dengan keyakinan mu itu ?

9)      Tuliskan kesimpulan nilai – nilai yang kamu percayai !

 

Pertanyaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai – nilai yang dimiliki siswa sebagai bentuk motivasi internal dan. Kemudian nilai – nilai ini dijadikan keyakinan kelas.

 

2.       membagikan pemahaman dan pengalaman dalam menerapkannya kepada rekan-rekan

a.       Menentukan sasaran

Sasaran yang dimaksud disini adalah guru – guru yang ada di sekolah tempat mengajar. Tujuannya adalah untuk pengimbasan materi budaya positif yang telah diterapkan oleh CGP dalam kelasnya.

b.      Menentukan bentuk kegiatan pengimbasan

Bentuk kegiatan ini dilakukan secara daring melalui G-meet. Adapun skenarionya adalah sebagai berikut :

1)      Pada saat masuk di G-Meet, CGP dan peserta membuat kesepakatan kelas untuk dilakukan selama kegiatan

2)      CGP mengajak peserta untuk berdoa sesuai keyakinan masing – masing.

3)      CGP mengajukan pertanyaan pemantik pada peserta seperti :

a)      Anak – anak kalian harus datang tepat waktu ya,,, jika terlambat akan ada sanksi/konsekuensinya, kamu terlambat datang ayo...!push up, paksa dahulu lama-lama akan terbiasa. Dari masalah diatas, mana yang dapat menumbuhkan disiplin positif di sekolah ? dan mana yang menunjukan kemerdekaan belajar siswa ?

b)      Dari masalah diatas, bagaiamana seharusnya guru ?

4)      CGP menampilkan vidio penerapan budaya positif  yang dilakukan di kelas

5)      CGP melanjutkan kegiatan dengan mengajak diskusi peserta, tentang bagaimana menerapkan budaya positif di sekolah dalam menyusun keyakinan kelas dan motivasi internal siswa.

6)      CGP memberikan sesi tanya jawab untuk mengevaluasi pemahaman peserta tentang bagaimana perubahan para digma baru tentang budaya positif kepada peserta/guru pengimbasan.

c.       Refleksi kegiatan

 

E.     Dukungan Yang Dibutuhkan

1.       Alat dan Bahan

a.        Penerapan budaya positif di kelas

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah Soal tertulis, kamera (untuk perekaman)

b.        Pengimbasan penerapan budaya positif

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini tidaklah sulit. Karena menggunakan kegiatan moda daring melalui G-meet. Adapun alat dan bahan tersebut adalah android/laptop, dan paket data.

2.       Pihak yang membantu

a.       Pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

b.      Kepala sekolah

3.       Cara mendapatkan bahan, alat, dan pihak yang membantu

c.        Cara mendapatkan alat

Alat dan bahannya berupa android, laptop itu merupakan milik pribadi peserta. Sedangkan materi yang adalah dari CGP sendiri dari materi modul 1.4.

d.       Cara mendapatkan dukungan

Untuk mendapatkan dukungan ini, CGP melakukan pendekatan, shareng, dan diskusi dengan guru – guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Kemudian, membuat kesepakatan/konsesus bersama terkait tindakan yang dilakukan. 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

menulis cerpen dengan 3 paragraf dalam sehari.

CARA MENGAJARKAN SISWA DALAM MENULIS PARAGRAF PROSEDUR DAN NARATIF

KONEKSI ANTAR MATERI HUBUNGAN ANTARA COACHING, PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL , PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.