KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 DAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4
KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 4.1 ESPLORASI BUDAYA POSITIF
Erdin,S.Pd./SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima / erdin68@guru.sd.belajar.id
A.
KESIMPULAN
Pada modul 4.1 ini kami disuguhkan dengan materi baru
yaitu perubahan paradigma budaya positif disekolah atau kelas. Adapun pint –
poin sebagai sarana dalam mewujudkan perubahan tersebut adalah sebagai berikut
:
1.
Displin
positif
Disiplin positif adalah kemampuan seseorang dalam
memahami diri sendiri melalui belajar, sehingga ia mempunyai pemahaman untuk
mengontrol dirinya sesuai dengan nilai – nilai yang ia yakini. Sehingga ketika
seseorang mampu mengontrol dirinya , maka ia akan mampu bertindak sesuai dengan
kesepakatan (aturan) yang ada. Sebagai contoh, jika didalam suatu kelas ada
kesepakatan kelas berupa hadir 15 menit
lebih awal dari waktu masuk sekolah, dan jika melaksanakannya ia meyakini bahwa
ia adalah orang yang bertanggung jawab, menghargai orang lain, konsisten, maka
dengan tanpa paksaan dan karena dorongan dirinya sendiri dan atas pemahamannya
atau kesadarannya sendiri, maka seseorang itu akan melaksanakannya dengan baik.
Jadi, disiplin positif adalah bukan aturan yang sifatnya menghukum seseorag,
tetapi lebih pada bagaimana membelajarkan seseorang sehingga ia tersadarkan
untuk berbuat sesuai tujuan hidupnya yang lebih baik.
Dalam mewujudkan disiplin positif di sekolah atau kelas
adalah diawali dengan lingkungan yang positif secara konsisten, adanya
kesepakatan kelas yang menjadi keyakinan kelas, sehingga muncul nilai- nilai
yang diyakini, maka seseorang itu mampu untuk mengontrol dirinya.
2.
Motivasi
perilaku manusia
Disiplin
positif ditanamkan dengan motivasi. Ada tiga motivasi prilaku manusia
diantaranya adalah :
a.
Motivasi
untuk menghindari ketidak nyamanan atau hukuman
b.
Motivasi
untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
c.
Motivasi
untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri sesuai
dengan nilai – nilai kebajikan yang mereka yakini.
Dari tiga motivasi prilaku manusia diatas, ada dua
motivasi eksternal yaitu motivasi untuk menghindari ketidak nyamanan atau
hukuman dan motivasi untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Motivasi ini bersifat kontemporer atau jangka pendek. Kedua model motivasi ini
bukanlah tidak baik, tetapi kurang memberikan perubahan pada diri sesorang dan
temporer. Alasannya adalah pada saat seseorang melakukan sesuatu dengan tujuan
untuk memperoleh pujian, atau penghargaan, maka suatu ketika ia tidak
memperoleh hal tersebut maka ia akan mengalami kegagalan. Hal ini, memutus
semangatnya untuk melakukan disiplin positif yang dimaksudkan.
Sedangkan motivasi ketiga yaitu motivasi untuk menjadi
orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri sesuai dengan nilai –
nilai kebajikan yang mereka yakini merupakan motivasi internal. Motivasi ini
bersifat jangka panjang dan permanent. Motivasi ini permanent karena didorong
dari kesadaran diri sendiri berdasarkan nilai – nilai kebajikan yang ia yakini
dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga seseorang dapat mewujudkan disiplin
positif melalui kontrol diri sendiri.
3.
Posisi
kontrol restitusi
Untuk memerdekakan dan memandirikan murid dengan disiplin
positif maka, terdapat teori kontrol. Pada teori kontrol akan dunia menyatakan
bahwa manusia tidak dapat mengontrol orang lain, tetapi dirinya sendirilah yang
mampu mengontrol dirinya. Terdapat lima posisi kontrol yaitu :
a.
Posisi
penghukum
Pada
posisi ini, seorang guru menggunakan suara dengan nadasuara tinggi, bahasa
tubuh seperti mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik. Yang efeknya
tidak akan memberikan disiplin positif kepada siswa. Siswa akan kemungkinan
akan marah, dendam, atau agresif. Bahkan, bisa juga berimbas pada ketakutan
yang artinya posisi kontrol ini tidak memberikan kemerdekaan belajar siswa.
b.
Posisi
membuat orang merasa bersalah (sanksi/konsekuensi).
Pada
posisi ini guru bertindak dengan suara yang lembut, pelan, sedih, halus, dan
tindakan seperti mendekati anak, merasa sedih. Tapi akibatnya, bahkan lebih
bahaya dari posisi kontrol penghukum, karena murid akan merasa tertekan dan
bisa saja menumpahkan emosinya pada hal – hal negatif.
c.
Posisi
teman
Pada
posisi ini guru sudah dapat menumbuhkan disiplin positif, karena sudah
memberikan kemerdekaan belajar bagi siswa seperti nada suara: ramah, akrab, dan
bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka. Akibatnya
bahwa siswa siswa menjadi senang dan akrab dengan guru. Hanya saja siswa
memiliki ketergantungan pada guru. Osisi kontrol ini sudah membaik tetapi belum
sempurna, artinya belum memberikan pelajaran disiplin positif yang maksimal.
d.
Memonitor
atau memantau.
Pada
posisi ini guru, nada suara datar, bahasa tubuh yang formal, menanyakan apa
yang diperbuatnya, dan menanyakan bagaimana melakukan perbaikan. Akibatnya
adalah siswa menjadi memahami sanksidari pelanggaran yang telah diperbuat.
Namun, siswa tetap dibuat tidak nyaman. Contohnya adalah jika siswa terlambat,
maka sebagai sanksinya siswa menyelesaikan tugas yang tertinggal pada jam
keluar main, semntara teman lainnya keluar main.
e.
Manajer
Pada
posisi ini guru nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid.
Guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar
permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru. Akibatnya siswa menjadi
bersahabat dengan gurunya tidak merasa tertekan, tidak merasa bersalah, dan
tidak perlu lagi takut sebagaimana pada posisi kontrol penghukum.
Jadi, dari lima posisi kontrol ini adalah yang terbaik
untuk membangun disiplin positif di sekolah/kelas adalah posisi kontrol manajer.
Adanya masalah – masalah yang muncul dalam diri siswa itu
disebabkan oleh adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Maka untuk
memenuhi kebutuhan dasar tersebut ditumbuhkan dengan posisi kontrol sebagai
alat dan nilai – nilai yang diyakini yaitu keyakinan kelas. Adapun kebutuhan
dasar manusia tersebut adalah :
a.
pertama,
Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk diteria. Kebutuhan
ini contohnya anak akan berbuat ulah supaya bisa mendapatkan perhatian dari
orang yang dituju seperti orang tua/guru misalnya.
b.
Kedua,
penguasaan (kebutuhan pengakuan atas kemampuan). Contohnya adalah anak akan
suka usil atau mengganggu teman karena ia ingin ditakuti, disegani, sehingga
menuruti keinginan dia.
c.
Ketiga,
Kebebesan (kebutuhan akan pilihan). Contohnya adalah anak terlalu banyak
bergerak, selalu mencoba – coba, merasa bosan, ini menunjukan bahwa membutuhkan
kebebsan
d.
Keempat,
Kesenangan (kebutuhan untuk merasa senang) yaitu kebutuhan untuk mencari
kesenangan, bermain, dan tertawa. Contohnya adalah bila anak iseng saja dan ia
menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya
dan menurut dia, ekspresi teman-temannya itu lucu. Maka berarti anak tersebut
sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.
4.
Keyakinan
kelas
Lalu apa itu keyakinan kelas ?, Mengapa Keyakinan Kelas,
mengapa tidak peraturan kelas saja?, Mengapa adanya Keyakinan Kelas penting
untuk terbentuknya sebuah budaya positif?, Bagaimana mewujudkan sebuah
Keyakinan Kelas yang efektif?
Keyakinan kelas adalah nilai – nilai yang diyakini oleh
seseorang sehingga memotivasinya untuk melakukan suatu hal. Lalu memngapa harus
keyakinan kelas dan bukan peraturan kelas ? jawabannya adalah karena keyakinan
kelas dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu berdasarkan nilai –
nilai yang ia yakini secara universal dan lintas agama, suku dan budaya.
Contohnya adalah seorang siswa memakai masker atas dasar nilai yang ia yakini
yaitu kesehatan dan keselamatan, atau menghargai orang lain. Jika, ia tidak
memakai masker maka ia meyakini bahwa ia tidak menjaga keselamatan dan
kesehatan dirinya. Berbeda dengan peraturan bersifat untuk ditatati dan
terkadang dilanggar karena bersifat kaku.
Jadi, dengan keyakinan kelas akan tumbuh kesadaran siswa
untuk melakukan seuatu atas dasar kesadaran dirinya sendiri. Jika hal ini dapat
diterapkan oleh siswa, maka siswa tersebut sudah mampu mengontrol dirinya
sendiri. Disini posisi siswa sudah menunjukan kemerdekaaan dan mandiri.
5.
Restitusi
(Gossen; 2004) mengatakan, Restitusi adalah proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. (Chelsom
Gossen, 1996) juga mengatakan bahwa, Restitusi juga adalah proses kolaboratif
yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid
berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain.
Restitusi |
Untuk mencari solusi secara kolaboratif untuk mencapai
aapa yang diinginkan. |
Membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin
positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah |
|
Menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. |
|
Mengembalikan harga diri |
|
Menguntungkan korban dan menguntungkan orang yang berbuat salah,
sesuai dengan teori kontrol William Glasser tentang solusi
menang-menang |
Ciri – ciri Restitusi adalah :
Ciri – ciri Restitusi |
Bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan |
Memperbaiki hubungan |
|
Tawaran, bukan paksaan |
|
Menuntun untuk melihat ke dalam diri |
|
Mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan |
|
Fokus pada karakter bukan tindakan |
|
Menguatkan |
|
Fokus pada solusi |
|
Mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya |
6.
Segitiga
restitusi
Segi tiga restitusi adalah tahapan atau langkah yang akan
dilakukan supaya siswa dapat mengotrol dirinya, memehami kebutuhan dirinya, dan
memahami tujuan hidupnya. Adapun langkah – langkah segitiga restitus adalah meliputi
tiga tahap dan setiap tahapnya berdasarkan pada prinsip penting dari Teori
Kontrol sebagai berikut :
Langkah |
Teori Kontrol |
|
1. |
Menstabilkan
Identitas Stabilize the Identity |
Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita
lakukan. Anak yang sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang
mengalami kegagalan. Maka, berikanlah kritikan agar ia dapat memperbaikinya
dengan pertanyaan – pertanyaan berikut : o
Berbuat salah itu tidak apa-apa. o
Tidak ada manusia yang sempurna o
Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. o
Kita bisa menyelesaikan ini. o
Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin
mencari solusi dari permasalahan ini. o
Kamu berhak merasa begitu. o
Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri? |
2. |
Validasi
Tindakan yang Salah Validate the
Misbehaviour |
Semua perilaku memiliki alasan/tujuan. Contoh Pertanyaan : o
“Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?” o
“Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu” o
“Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi
sesuatu yang penting buatmu”. o
“Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.” |
3. |
Menanyakan
Keyakinan Seek the Belief |
Kita semua memiliki motivasi internal. Dapat
menghubungkannya dengan nilai – nilai yang ia percayai supaya dapat
termotivasi. Contoh pertanyaan : o
Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga? o
Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati? o
Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal? o
Kamu mau jadi orang yang seperti apa? |
7.
Keterkaitan
antara budaya positif, motivasi perilaku, posisi kontrol, keyakinan kelas,
restitusi, dengan filosofi ki hajar dewantara, nilai dan peran guru penggerak,
dan visi guru penggerak.
Budaya positif terdiri dari disiplin positif, motivasi
prilaku, posisi kontrol, keyakinan kelas dan restitusi. Sedangkan filosofi Ki
Hajar Dewantara, nilai – dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak
diibaratkan sebagai ekositem positif.
Budaya positif ini ibaratnya adalah unsur tanah yang
lengkap dengan zat hara dan nutrisi tanah. Sedangkan ekosistem positif
diibaratkan dengan bagaimana membasmi hama yang mengganggu tumbuhnya tumbuhan
sehingga dapat tumbuh dengan nyaman dan merdeka sesuai dengan kodratnya.
Sehingga jika budaya positif dan ekosistem positif dapat dijalankan dengan baik
maka, dapat memberikan kenyamanan, kemerdekaan bagi tumbuh – tumbuhan untuk tumbuh yang pada
akhirnya mencapai kebahagian dan keselamatan.
Jika menurut filosofi Ki Hajar dewantara pendidikan adalah memberi kemerdekaan
belajar, mewujudkan keseimbangan budipekerti untuk menciptakan kebijaksanaan, menuntun dan bukan
menuntut, dan berhamba pada anak, maka guru dapat mengimplementasikan budaya
positif ini di sekolah dengan memahami faktor yang memuncukan masalah bagi
siswa misalnya adanya kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, sehingga guru akan
dapat mengatasinya dengan melakukan restitusi dengan alat yang digunakan adalah
keyakinan kelas dan posisi kontrol manajer sebagai jalan untuk mencapai tujuan
yaitu budaya positif.
Untuk menumbuhkan budaya positif yang sehat dan konsisten
di sekolah guru perlu melibatkan pemangku kepentingan. Disini nilai dan perang
guru penggerak akan diupayakan seperti kemandirian untuk menerapkan budaya
positif, berkolaborasi dengan rekan pendidik di sekolah, kepala sekolah dan
sebagainya, membangun komunitas praktisi untuk mencari dan memabahas penanganan
kasus siswa melalui restitusi.
Namun, supaya kegiatan ini terarah maka perlu adanya
mimpi yang harus dicapai yaitu melalui sebuah visi. Maka, melalui visinya
tersebut guru penggerak menerapkan budaya positif dengan berprinsip pada
pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan profil pelajar pancasiala sebagai
pengejewantahan filosofi Ki Hajar Dewantara tersebu.
Seperti itulah menurut pemahaman saya selaku Calon Guru
Penggerak yang mempelajari paket modul 1 mualai dari modul 1.1 filosofi KHD
dengan pendidikan yang memerdekakan, 1.2 nilai dan peran guru penggerak, 1.2 visi guru penggerak, 1.4 budaya positif ini. Dari modul 1.1 sampai modul 1.4 sebenearnya merupakan satu rangkaian untuk mewujudkan perubahan budi pekerti
siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagian.
TINDAKAN AKSI NYATA
MODUL 1.4 EKSPLORASI BUDAYA POSITIF
Erdin,S.Pd./SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima / erdin68@guru.sd.belajar.id
Judul Modul : Merumuskan keyakinan kelas dengan
identifikasi motivasi
internal
Nama Peserta : Erdin,S.Pd.
A.
Latar
Belakang
Rancangan tindakan ini dilakukan untuk menerapkan budaya
positif berupa menyusun keyakinan kelas dengan mengidentifikasi motivasi
internal siswa. Motivasi internal siswa itu berasal dari nilai – nilai yang ia
yakini. Sehingga dengan keyakinan tersebut siswa akan bertindak tanpa harus
dipakasa. Artinya siswa melakukan suatu tindakan positif dari kesadaranya
sendiri.
Nilai – nilai yang menjadi suatu kebajikan ini, perlu
digali dan diidentifikasi pada diri siswa. Apakah mereka sudah memilikinya atau
belum ? atau bahkan sudah mengimplementasikannya secara mandiri. Oleh sebab
itu, perlu dibuatkan kesepakatan kelas untuk dijadikan keyakinan kelas.
Keyakinan kelas tidak dibuat begitu saja, tetapi perlu
digali dalam diri siswa. Tentu pada diri sisiwa, keluarganya, lingkungannya
sudah memiliki keyakinan akan sebuah nilai sebagai motivasi dirinya melakukan
sebuah tindakan positif. Ia tidak perduli apa yang oarang lain katakan, karena
dirinya lebih mengetahuinya.
. Setiap anak tentu memiliki pandangan yang berbeda
tentang dunia, bagaimana berprilaku, bagaimana berucap, bagaimana tentang semua
hal. Tetapi, terkadang sering terbentur dengan aturan – aturan yang ada
terutama di sekolah, sehingga menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain.
Karena adanya masalah yang muncul dalam diri siswa, guru selama ini hanya menghukum
dan memberi penghargaan. Pada hal, memberi hukuman dan reaword merupakan
motivasi eksternal yang sifatnya sementara. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini, CGP melakukan aksi nyata dalam menumbuhkan motivasi internal siswa.
Dalam penerapan budaya positif ini, selain
mengidentifikasi motivasi internal kemudian di maping pada keyakinan kelas.
Diharapkan siswa mampu menunjukan kontrol diri sesuai dengan keyakinan kelas
yang telah disepakati dari hasil rembuk ataupun musyawarah.
B.
Tujuan
Guru dan siswa di
SDN 5 Rabangodu Utara Kota Bima dapat memahami dan menerapkan paradigma baru
tentang budaya positif seperti keyakinan kelas, disiplin positif, motivasi
manusia dalam bertindak, minimal satu budaya positif seperti berakhlak pada alam.
C.
Tolak
Ukur
1.
Guru
dapat mengidentifikasi motivasi internal siswa sebagai landasan merumuskan
keyakinan kelas.
2.
Adanya
kesadaran dan kemandirian dalam diri siswa di sekolah atau kelas seperti
kesadaran memungut sampah, hadir tepat waktu, mengikuti prokkes yang ketat,
menjaga lingkungan, menghargai teman dan sebagainya
3.
Sekolah
terlihat kondusif, nyaman, aman
D.
Linimasa
Tindakan yang akan dilakukan
1.
Mengimplentasikan
konsep – konsep inti Budaya Positif di dalam kelas
a.
Merumuskan
keyakinan kelas dengan melibatkan siswa melalui forum diskusi, dan tanyajwab.
b.
Mengidentifikasi
motivasi prilaku siswa dengan mengajukan pertanyaan tertulis untuk di analisis.
Contoh pertanyaan :
1)
Nilai
apa yang kamu yakini dalam keluarga mu ?
2)
Nilai
baik seperti apa yang kamu yakini ?
3)
Mengapa
kamu melakukan hal baik itu ?
4)
Bagaimana
tanggapan orang, jika kamu berprilaku sesuai dengan nilai –nilai yang kamu
percayai ?
5)
Jika
kamu melaksanakan nilai – nilai yang diyakini, apakah kamu merasa puas, nyaman,
atau senang ?
6)
Lalu
apa yang membuat kamu melakukan hal tersebut ?
7)
Kamu
ingin menjadi orang yang bagaimana dalam hidup ini ?
8)
Apa
tujuan pribadi mu yang ingin dicapai dari belajar atau saat kamu mengerjakan
sesuatu seperti menolong, datang cepat waktu, mengganggu orang dan lain – lain atau
sesuai dengan keyakinan mu itu ?
9)
Tuliskan
kesimpulan nilai – nilai yang kamu percayai !
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai –
nilai yang dimiliki siswa sebagai bentuk motivasi internal dan. Kemudian nilai
– nilai ini dijadikan keyakinan kelas.
2.
membagikan
pemahaman dan pengalaman dalam menerapkannya kepada rekan-rekan
a.
Menentukan
sasaran
Sasaran yang dimaksud disini adalah guru – guru yang ada
di sekolah tempat mengajar. Tujuannya adalah untuk pengimbasan materi budaya
positif yang telah diterapkan oleh CGP dalam kelasnya.
b.
Menentukan
bentuk kegiatan pengimbasan
Bentuk kegiatan ini dilakukan secara daring melalui
G-meet. Adapun skenarionya adalah sebagai berikut :
1)
Pada
saat masuk di G-Meet, CGP dan peserta membuat kesepakatan kelas untuk dilakukan
selama kegiatan
2)
CGP
mengajak peserta untuk berdoa sesuai keyakinan masing – masing.
3)
CGP
mengajukan pertanyaan pemantik pada peserta seperti :
a)
Anak
– anak kalian harus datang tepat waktu ya,,, jika terlambat akan ada
sanksi/konsekuensinya, kamu terlambat datang ayo...!push up, paksa dahulu
lama-lama akan terbiasa. Dari masalah diatas, mana yang dapat menumbuhkan
disiplin positif di sekolah ? dan mana yang menunjukan kemerdekaan belajar
siswa ?
b)
Dari
masalah diatas, bagaiamana seharusnya guru ?
4)
CGP
menampilkan vidio penerapan budaya positif yang dilakukan di kelas
5)
CGP
melanjutkan kegiatan dengan mengajak diskusi peserta, tentang bagaimana
menerapkan budaya positif di sekolah dalam menyusun keyakinan kelas dan motivasi
internal siswa.
6)
CGP
memberikan sesi tanya jawab untuk mengevaluasi pemahaman peserta tentang
bagaimana perubahan para digma baru tentang budaya positif kepada peserta/guru
pengimbasan.
c.
Refleksi
kegiatan
E.
Dukungan
Yang Dibutuhkan
1.
Alat
dan Bahan
a.
Penerapan
budaya positif di kelas
Alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah Soal tertulis, kamera (untuk perekaman)
b.
Pengimbasan
penerapan budaya positif
Alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini tidaklah sulit. Karena menggunakan
kegiatan moda daring melalui G-meet. Adapun alat dan bahan tersebut adalah
android/laptop, dan paket data.
2.
Pihak
yang membantu
a.
Pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah
b.
Kepala
sekolah
3.
Cara
mendapatkan bahan, alat, dan pihak yang membantu
c.
Cara
mendapatkan alat
Alat
dan bahannya berupa android, laptop itu merupakan milik pribadi peserta.
Sedangkan materi yang adalah dari CGP sendiri dari materi modul 1.4.
d.
Cara
mendapatkan dukungan
Untuk mendapatkan dukungan ini, CGP melakukan pendekatan,
shareng, dan diskusi dengan guru – guru dan tenaga kependidikan di sekolah.
Kemudian, membuat kesepakatan/konsesus bersama terkait tindakan yang dilakukan.
MANTAP ,,,
BalasHapus